Tugas Mata Kuliah Pengantar Pengkajian Sastra
Dosen Pengampu : Laura Andri, S.S.
Pendekatan ekspresif dan pendekatan objektif dalam telaah sastra
Dalam studi sastra ada sejumlah pendekatan yang dapat diterapkan oleh penelaah sastra, diantaranya yaitu pendekatan ekspresif dan pendekatan objektif. Pendekatan eksprsesif ialah pendekatan yang lebih mendasar pada pengarang sebagai pencipta karya sastra tersebut dan lebih menitikberatkan kajiannya pada ekspresi perasaan dan temperamen penulis. Pendekatan ekspresif tersebut mengenai batin atau perasaan seseorang yang kemudian di ekspresikan dan dituangkan kedalam bentuk karya dan tulisan hingga membentuk sebuah karya sastra yang bernilai rasa tersendiri, dan menurut isi kandungan yng ingin disampaikan oleh pengarang (berupa karya seni).
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa karya sastrta tidak dapat hadir bila tidak ada yang menciptakannya, sehingga pencipta karya sastra sangat penting kedudukannya dalam kegiatan kajian dan apresiasi sastra, pikiran dan persaan pengarang. Sebab pada hakikatnya karya sastra adalah tuangan pengalaman penulis dari segala gagasan, cipta rasa, emosi, ide, angan-angan yang memandang suatu karya sastra yang esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap, sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni) sebagai perwujudan proses kreatif. Pikiran dan perasaan pengarang adalah sumber utama dan pokok masalah dalam suatu novel misalnya,adalah sifat-sifat dan tindakan-tindakan yang berasal dari pemikiran pengarangnya, sehingga karya sastra merupakan sarana atau alat untuk memahami kadaan jiwa pengarang. Guna pendekatan ekspresif ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pengarang dalam mengungkapkan gagasan-gagasan, imajinasi dan spontanitasnya.
Sedangkan pendekatan objektif lebih mendasarkan pada suatu karya sastranya. Pendekatan objektif ini memandang bahwa karya sastra sebagai dunia otonom yang dapat dilepaskan dari siapa pengarangnya dan hal-hal diluar karya sastra itu sendiri. Didalam telaah karya sastra dengan pendekatan objektif sering dikenal dengan telaah struktural (pendekatan struktural) adalah pendekatan yang mendasarkan pada suatu karya sastra secara keseluruhan, dan memandang karya sastra adalah sesuatu yang berdiri sendiri. Pendekatan yang dilihat dari eksistensi sastra itu sendiri berdasarkan konvensi sastra yang berlaku. Konvensi tersebut misalnya, aspek-aspek intrinsik sastra yang meliputi kebulatan makna, diksi, rima, struktur kalimat, tema, plot, setting, karakter, dan sebagainya. Penilaian yang diberikan dilihat dari sejauh mana kekuatan atau nilai karya sastra tersebut berdasarkan kaharmonisan semua unsur-unsur pembentuknya. Pada teori objektif juga berhubungan dengan teori ekspresif yang memandang suatu karya seni yang secara esensial sebagai dunia internal (pengarang) yang terungkap sehingga menjadi dunia eksternal (berupa karya seni) yang perwujudannya melalui proses kreatif sehingga menghasilkan suatu karya sastra.
Telaah struktur tersebut juga harus dikaitkan dengan fungsi struktur lainnya yang dapat berupa pararelisme, pertentangan, inverse, dan kesetaraan. Dalam karya yang lebih luas seperti novel, struktur tidak hanya hadir melalui kata dan bahasa, melainkan dapat dikaji berdasarkan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, plot, karakter, setting, point of view. Untuk mengetahui keseluruhan makna, maka unsur-unsur tersebut harus dihubungkan satu sama lain.Kemudian penilaian dengan menggunakan pendekatan objektif juga berarti menilai suatu karya sastra secara objektif, tidak dengan pendapat pribadi (subjektif). Penilaian tersebut dengan mempertimbangkan adanya relevansi nilai-nilai eksistensi manusia yang terpapar melalui jalan seni, imajinasi maupun rekaan yang keseluruhannya memiliki kasatuan yang utuh, selaras, serta padu dalam pencapaian tujuan tertentu atau memiliki integritas, harmony, dan unity dan daya ungkap, keluasan, serta daya pukau yang disajikan lewat texture serta penataan unsur-unsur kebahasaan maupun struktur verbalnya.
Analisis...
kumpulan analisis sastra
Rabu, 02 Juni 2010
La Grande Borne
Menganalisis novel La Grande Borne karya Nh. Dini berdasarkan tema dan amanat serta alur dan pengalurannya
A. Pengertian Tema
Tema merupakan dasar dari lahirnya sebuah karya sastra. Jadi, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang adanya sebuah karya sastra. Tema juga menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.
Tema hanya merupakan makna atau gagasan dasar umum suatu cerita , tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Sehingga sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Misalnya, unsur-unsur tokoh ( penokohan ), plot ( pemplotan ), latar ( pelataran ), dan cerita, dari keempat unsur tersebut tema bersifat memberi koherensi dan memberi makna. Tema sebuah cerita tidak mungkin disampaikan secara langsung, melainkan hanya secara implisit melalui cerita ( melalui tingkah laku verbal atau nonverbal, pikiran dan persaan, dan berbagai peristiwa yang di alami tokoh di dalam cerita tersebut ).
1. Penggolongan Tema
Tema digolongkan menjadi tiga hal :
1.1 Penggolongan Dhikotomis
a. Tema Tradisional
Tema tradisional adalah tema yang hanya “ itu-itu saja” sudah lazim dan telah lama digunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama. Misalnya, kebenaran dan kejujuran akan mengalahkan kejahatan atau kebaikan pasti akan mendapat kebaikan pula.
b. Tema Nontradisional
Tema nontradisional adalah tema yang bersifat tidak lazim, bahkan tidak sesuai dengan harapan pembaca, melawan arus, mengejutkan dan menjengkelkan. Misalnya dalam akhir sebuah cerita tidak sesuai denagn apa yang diharapkan oleh pembaca, contohnya yang baik malah mati atau di penjara.
Di dalam novel La Grande Borne ini menggunakan tema tradisional, karena pada tokoh utamanya sudah seperti apa yang diharapkan oleh pembacanya, sebagaimana penjelasan dalam tema tradisional di atas.
Dini sebagai tokoh utama memiliki karakter yang baik, pengertian dan ramah terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, dia juga sabar menghadapi perilaku dan sifat suaminya yang perhitungan serta terkadang membuatnya tersinggung telah mendapatkan rasa bahagia untuk dirinya sendiri. Misalnya, anak-anaknya lebih mengerti dan sayang terhadapnya dibanding terhadap suaminya. Bisa diketahui dari kutipan cerita dibawah ini,
… Kepantasan itu berkat hadiah dari teman-teman dan saudara-saudaraku. Jadi sebenarnya, jika ada komentar orang bahwa aku berpenampilan memadai, ayahmu hanya nebeng saja, turut bangga!
“Ya benar Maman!” Lintang menyetujuiku, lalu ia mengejutkanku karena menambahkan, “ bahkan untuk belajar menyetir mobil sekalipun Papa tidak membantu!” ( hal.82 )
Aku sangat mengerti anak sulungku. Dia tidak suka berpisah dari teman-temannya yang sejak kami mapan di Grigny menjadi saling akrab. Lebih-lebih Anne. Berkat teman sekelas inilah aku kemudian mengenal ibunya, yang juga menjadi kaan baikku… ( hal.278 )
Hal tersebut berkebalikan dengan karakter sang suami ( suami Dini ), yang sering di paparkan di dalam cerita bahwa dia berwatak suka menonjolkan apa-apa yang dia miliki terhadap orang lain dan sering perhitungan dengan keluarga sendiri. Dari karakternya tersebut, sang suami lebih cenderung di acuhkan oleh istri dan anak-anaknya, dan di akhir cerita dapat diketahui kalau sang suami lebih cenderung tidak mempunyai banyak teman, mungkin karena sifat-siafatnya itu,
… Suamiku adalah lelaki yang suka menonjol-nonjolkan apa pun yang dia miliki dan menjadi haknya… ( hal.275 )
1.2 Penggolongan berdasrkan tingkat pengalaman jiwa
a. Tema Tingkat Fisik
Adalah tema yang lebih meningkatkan pada mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang biasanya.
b. Tema Tingkat Organik
Adalah tema yang lebih menyangkut atau mempersoalkan masalah seksualitas, khususnya kehidupan seksualitas yang menyimpang, penyelewengan dan penghianatan suami istri, dll.
Di dalam novel La Grande Borne mengandung tema ini, yang menceritakan Dini melakukan perselingkuhan dengan kaptennya Bagus. Setiap ada kesempatan waktu liburan Dini dan Bagus akan merencanakn pertemuan yang tidak akan di ketahui oleh keluarga mereka, dengan menginap di sebuah apartemen milik Bagus, disana mereka melakukan hubungan intim. Bagi Dini, itu adalah hal yang membuatnya bahagia yang tidak pernah dia dapatkan lagi dari suaminya. Meskipun dia tahu bahwa perbuatannya itu tidak diperbolehkan oleh agama dan umum, tetapi Dini tetap melakukannya dengan alasan suaminya yang tidak bisa mengerti dan membhagiakannya secara lahir dan batiniah. Bagi Dini, Bagus adalah sosok laki-laki yang dapat mengerti dan membahagiakannya, dia berbeda dengan suami pilihannya. Dapat diketahui dari kutipan cerita,
Rupanya dia perhatikan benar kegemaranku terhadap tanaman atau bunga… ( hal 148 )
Sebenarnya aku tidak peduli lagi mengenai hal itu. Aku tidak memikirkan lagi kecemasan-kecemasan hamil karena dia. Di satu pihak, itu malahan ku anggap baik, karena aku akan mendapat alasan tepat untuk bercerai dari ayah anak-anak… ( hal. 151 )
c. Tema tingkat sosial
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah manusia dan sesama, aksi interaksinya serta masalah yang melingkupinya seperti sosial, ekonomi, politik dll, sehingga kritik sosial sering muncul didalamnya.
d. Tema tingkat egoik
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah individualitas tokoh, seperti egoistis, martabat, harga diri dll.
e. Tema tingkat manusia sebagai mahluk tertinggi
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia dengan penciptaNya. Masalah religiusitas atau filosofis lain yang berkaitan dengan pandangan hidup.
Catatan : Dalam sebuah karya sastra ( novel ) kelima-limanya tema ini dapat masuk, karena tokoh dalam karya sastra tidak hanya satu.
1.3 Penggolongan berdasarkan tingkat keutamaannya
a. Tema Mayor ( utama/pokok ), adalah tema yang makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya sastra. Hal ini berkaitan dengan tokoh utama, artinya pengarang menyampaikan tema dan maksud dari sebuah karya sastra itu melalui tokoh utama.
Di dalam novel La Grande Borne ini, tema mayornya adalah mengenai konflik rumah tangga Dini dengan suaminya. Seperti yang ada dalam kutipan di bawah ini,
… Tahun-tahun berlaluan, kebersamaan dengan lelaki pilihanku sendiri itu bagaikan duri yang menunjam di dagingku, yang terasa ngilu, nyeri, lalu di lain waktu, berkat kehadiran Lintang dan Padang, hanya terasa tebal mengganjal sehingga bisa kuabaikan.
Sejak masa kerjanya di Filipina, dia memang lebih sering menonjol-nonjolkan betapa tidak bergunanya diriku karena tidak menghasilkan uang untuk rumah tangga… ( hal.142 )
b. Tema Minor ( tema tambahan ), adalah tema yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu dalam cerita.
Di dalam novel La Grande Borne ini, tema tambahannya adalah percintaan dan perselingkuhan yang dilakukan oleh Dini dengan Bagus. Bisa diketahui dari kutipan di bawah ini,
Tangan kanannya meraih tengkukku, bibirku dikecupnya selintas, dilepaskan, selintas lagi, lalu yang ketiga kalinya, lidahnya menyelinap membelai mulutku… ( hal. 146 )
Sebenarnya aku tidak peduli lagi mengenai hal itu. Aku tidak memikirkan lagi kecemasan-kecemasan hamil karena dia. Di satu pihak, itu malahan ku anggap baik, karena aku akan mendapat alasan tepat untuk bercerai dari ayah anak-anak… ( hal. 151 )
B. AMANAT
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Eksplisit ( bentuk penyampaian langsung )
Pesan moral yang disampaikan secara langsung melalui uraian, telling, penjelasan, penjelasan, expository. Kelebihan dari amanat ini adalah bersifat komunikatif.
b. Implisid ( bentuk penyampaian tidak langsung )
Pesannya hanya tersirat lewat cerita. Amanat disampaikan melalui teknik ragaan, showing.
Untuk menentukan amanat dari sebuah karya sastra, pembaca harus menafsirkan terlebih dahulu pesan yang disembunyikan oleh pengarangnya. Seperti dalam novel La Grande Borne ini, pembaca harus benar-benar menfsirkan dulu untuk mengetahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang. Dan dalam novel ini menurut analisis saya kalau pesan selalu dibawakan oleh Dini, misalnya dia yang selalu menyebut-nyebut kata “Lelaki pilihanku sendiri” intinya sang Suami yang sering membuatnya kesal dan sedih adalah lelaki pilihannya sendiri. Dari sini dapat diketahui bahwa kita sebagai pembaca diberi tahu kalau jangan samapi salah pilih dalam memilih lelaki untuk jadi pasangan hidup.
… Tahun-tahun berlaluan, kebersamaan dengan lelaki pilihanku sendiri itu bagaikan duri yang menunjam di dagingku, yang terasa ngilu, nyeri, lalu di lain waktu, berkat kehadiran Lintang dan Padang, hanya terasa tebal mengganjal sehingga bisa kuabaikan. ( hal.142 )
C. ALUR
Alur/ plot/ sujet adalah jalan cerita yang kronologis, cerita yang berisi peristiwa kejadian, berurutan, sebab-akibat. Alur dalam sebuah karya fiksi merupakan struktur peristwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Alur memiliki tiga unsur :
1. Peristiwa fungsional, adalah peristiwa yang menentukan arah dan plot sendiri. Hal ini berkaitan dengan inti cerita/ alur.
2. Peristiwa kaitan( seniman ), adalah peristiwa yang berfungsi untuk mengaitkan peristiwa satu keperistiwa lain.
3. Peristiwa acuan, adalah peristiwa yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap alur. Hal ini selalu berkaitan dengan suasana hati tokohnya.
Macam-macam alur
1. Berdasarkan waktu
a. Alur lurus/progresif, artinya apabila peristiwa-peristiwa dalam karya sastra tersebut berjalan secara kronologis.
b. Alur sorot balik/flashback, artinya apabila cerita yang ada dalam karya sastra tidak diawali dari awal cerita.
c. Alur campuran, artinya apabila jalan cerita dalam karya sastra menggunakan model perpaduan lurus dan flashback.
Di dalam novel La Grande Borne ini menggunakan alur campuran, karena pada awal cerita Dini sebagai tokoh utama menceritakan dimana dia pulang ke Prancis dan tinggal di La Grande Borne bersama Suami dan anak-anaknya dan Rosa seorang dari tiga pembantu.
Kemudian di tengah cerita Dini menceritakan bagaimana pertama kalinya sang suami meamarnya dengan kata-kata manis san suami yang pernah diucapakan dan di dalam cerita Dini juga sering menceritakan tentang masa lalunya.
Di akhir cerita Dini menceritakan bagaimana dia mengalami sakit dan berulang-ulang kali pengobatannya tanpa ditemani sang suami, sampai dia menceritakan perjalanannya untuk menemui keluarganya di Indonesia. Kemudian dari anak-anaknya lah dia mulai bersemangat untuk menjalani hidupnya.
2. Berdasarkan jumlah
a. Alur tunggal, artinya apabila jalan cerita dalam karya sastra hanya memilki satu alur saja. Contohnya ada pada tulisan biografi.
b. Alur sub alur ( plot sub plot ), artinya apabila jalan cerita karya sastra memiliki satu alur sebagai alur utama dan memilki alur-alur tambahannya berkaitan dengan tokoh tamabahan.
3. Berdasrkan kepadatan
a. Alur padat, apabila jalan ceritanya tidak dapat disisipi oleh alur tambahan.
b. Alur longgar, ada banyak alur-alur yang tidak penting.
D. PENGALURAN
Pengaluran adalah cara memunculkan alur dalam cerita yaitu melalui tingkah laku, perbuatan, dan sikap tokoh-tokoh ( utama ) atau cara menyampaikan alurnya.
Pengaluran menurut Aristoteles dibagi menjadi tiga :
1. Tahap awal, berisi tentang pengenalan latar dan tokoh/ karakter. Penulisan latar, permasalahan-permasalahannya dan konflik-konflik dalam awal cerita.
Di jelaskan dalam awal cerita bagaimana Dini tinggal di sebuah apartemen di La Grande Borne bersama suami dan anak-anaknya serta Rosa, kemudian Rosa pergi. Suami yang sering membuatnya kesal dan sakit hati akibat sikap-sikapnya, dan perhitungan terhadap keluarganya.
Dari sikap-sikap dan perlakuan suaminya yang kurang perhatian itu Dini mulai menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
2. Tahap tengah, berisi tentang konflik yang mengerucut menjadi klimaks dari peristiwa ( pusat dari cerita ).
Di dalam novel ini, diceritakan bahwa saat Dini mulai kehilangan Bagus ( lelaki selingkuhannya yang dia cintai ), sang kaptennya Bagus tidak ada kabar dan menemuinya. Kemudian hubungan yang semakin memburuk dengan suaminya, ditambah penyakit fatal yang nyaris merenggut nyawanya, membuat Dini menjalani hari-harinya tanpa semangat.
3. Tahap akhir, adalah tahap penyelesaian, bagaimana cerita itu di akhiri. Tahap leraian, missal happy ending atau sad ending.
Pada tahap akhir ini ada tahap akhir tertutup dan akhir terbuka, yang akhir tertutup penulis benar-benar memunculkan akhir cerita ( sudah jelas ), sedangkan akhir terbuka adalah akhir ceritanya akan menghasilkan ambiguitas karena mengambang.
Di dalam novel ini menggunakan tahap akhir terbuka, karena tidak begitu jelas dalam penyampaian akhirannya. Hanya diceritakan kalau Dini yang mulai bersemangat karena kehadiran kedua anaknya Lintang dan Padang.
Dari sini dapat di ambil kesimpulan kalau tahap leraiannya adalah happy ending karena Dini sudah mulai bersemangat lagi untuk menjalani hidupnya yang penuh kemelut percintaan dan sakit yang dia alami.
A. Pengertian Tema
Tema merupakan dasar dari lahirnya sebuah karya sastra. Jadi, tema adalah gagasan dasar umum yang menopang adanya sebuah karya sastra. Tema juga menjadi dasar pengembangan seluruh cerita, maka tema bersifat menjiwai seluruh bagian cerita itu.
Tema hanya merupakan makna atau gagasan dasar umum suatu cerita , tidak mungkin hadir tanpa unsur bentuk yang menampungnya. Sehingga sebuah tema baru akan menjadi makna cerita jika ada dalam keterkaitannya dengan unsur-unsur cerita lainnya. Misalnya, unsur-unsur tokoh ( penokohan ), plot ( pemplotan ), latar ( pelataran ), dan cerita, dari keempat unsur tersebut tema bersifat memberi koherensi dan memberi makna. Tema sebuah cerita tidak mungkin disampaikan secara langsung, melainkan hanya secara implisit melalui cerita ( melalui tingkah laku verbal atau nonverbal, pikiran dan persaan, dan berbagai peristiwa yang di alami tokoh di dalam cerita tersebut ).
1. Penggolongan Tema
Tema digolongkan menjadi tiga hal :
1.1 Penggolongan Dhikotomis
a. Tema Tradisional
Tema tradisional adalah tema yang hanya “ itu-itu saja” sudah lazim dan telah lama digunakan dan dapat ditemukan dalam berbagai cerita, termasuk cerita lama. Misalnya, kebenaran dan kejujuran akan mengalahkan kejahatan atau kebaikan pasti akan mendapat kebaikan pula.
b. Tema Nontradisional
Tema nontradisional adalah tema yang bersifat tidak lazim, bahkan tidak sesuai dengan harapan pembaca, melawan arus, mengejutkan dan menjengkelkan. Misalnya dalam akhir sebuah cerita tidak sesuai denagn apa yang diharapkan oleh pembaca, contohnya yang baik malah mati atau di penjara.
Di dalam novel La Grande Borne ini menggunakan tema tradisional, karena pada tokoh utamanya sudah seperti apa yang diharapkan oleh pembacanya, sebagaimana penjelasan dalam tema tradisional di atas.
Dini sebagai tokoh utama memiliki karakter yang baik, pengertian dan ramah terhadap apa yang terjadi di sekitarnya, dia juga sabar menghadapi perilaku dan sifat suaminya yang perhitungan serta terkadang membuatnya tersinggung telah mendapatkan rasa bahagia untuk dirinya sendiri. Misalnya, anak-anaknya lebih mengerti dan sayang terhadapnya dibanding terhadap suaminya. Bisa diketahui dari kutipan cerita dibawah ini,
… Kepantasan itu berkat hadiah dari teman-teman dan saudara-saudaraku. Jadi sebenarnya, jika ada komentar orang bahwa aku berpenampilan memadai, ayahmu hanya nebeng saja, turut bangga!
“Ya benar Maman!” Lintang menyetujuiku, lalu ia mengejutkanku karena menambahkan, “ bahkan untuk belajar menyetir mobil sekalipun Papa tidak membantu!” ( hal.82 )
Aku sangat mengerti anak sulungku. Dia tidak suka berpisah dari teman-temannya yang sejak kami mapan di Grigny menjadi saling akrab. Lebih-lebih Anne. Berkat teman sekelas inilah aku kemudian mengenal ibunya, yang juga menjadi kaan baikku… ( hal.278 )
Hal tersebut berkebalikan dengan karakter sang suami ( suami Dini ), yang sering di paparkan di dalam cerita bahwa dia berwatak suka menonjolkan apa-apa yang dia miliki terhadap orang lain dan sering perhitungan dengan keluarga sendiri. Dari karakternya tersebut, sang suami lebih cenderung di acuhkan oleh istri dan anak-anaknya, dan di akhir cerita dapat diketahui kalau sang suami lebih cenderung tidak mempunyai banyak teman, mungkin karena sifat-siafatnya itu,
… Suamiku adalah lelaki yang suka menonjol-nonjolkan apa pun yang dia miliki dan menjadi haknya… ( hal.275 )
1.2 Penggolongan berdasrkan tingkat pengalaman jiwa
a. Tema Tingkat Fisik
Adalah tema yang lebih meningkatkan pada mobilitas fisik daripada konflik kejiwaan tokoh cerita yang biasanya.
b. Tema Tingkat Organik
Adalah tema yang lebih menyangkut atau mempersoalkan masalah seksualitas, khususnya kehidupan seksualitas yang menyimpang, penyelewengan dan penghianatan suami istri, dll.
Di dalam novel La Grande Borne mengandung tema ini, yang menceritakan Dini melakukan perselingkuhan dengan kaptennya Bagus. Setiap ada kesempatan waktu liburan Dini dan Bagus akan merencanakn pertemuan yang tidak akan di ketahui oleh keluarga mereka, dengan menginap di sebuah apartemen milik Bagus, disana mereka melakukan hubungan intim. Bagi Dini, itu adalah hal yang membuatnya bahagia yang tidak pernah dia dapatkan lagi dari suaminya. Meskipun dia tahu bahwa perbuatannya itu tidak diperbolehkan oleh agama dan umum, tetapi Dini tetap melakukannya dengan alasan suaminya yang tidak bisa mengerti dan membhagiakannya secara lahir dan batiniah. Bagi Dini, Bagus adalah sosok laki-laki yang dapat mengerti dan membahagiakannya, dia berbeda dengan suami pilihannya. Dapat diketahui dari kutipan cerita,
Rupanya dia perhatikan benar kegemaranku terhadap tanaman atau bunga… ( hal 148 )
Sebenarnya aku tidak peduli lagi mengenai hal itu. Aku tidak memikirkan lagi kecemasan-kecemasan hamil karena dia. Di satu pihak, itu malahan ku anggap baik, karena aku akan mendapat alasan tepat untuk bercerai dari ayah anak-anak… ( hal. 151 )
c. Tema tingkat sosial
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah manusia dan sesama, aksi interaksinya serta masalah yang melingkupinya seperti sosial, ekonomi, politik dll, sehingga kritik sosial sering muncul didalamnya.
d. Tema tingkat egoik
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah individualitas tokoh, seperti egoistis, martabat, harga diri dll.
e. Tema tingkat manusia sebagai mahluk tertinggi
Adalah tema yang berkaitan dengan masalah hubungan manusia dengan penciptaNya. Masalah religiusitas atau filosofis lain yang berkaitan dengan pandangan hidup.
Catatan : Dalam sebuah karya sastra ( novel ) kelima-limanya tema ini dapat masuk, karena tokoh dalam karya sastra tidak hanya satu.
1.3 Penggolongan berdasarkan tingkat keutamaannya
a. Tema Mayor ( utama/pokok ), adalah tema yang makna pokok cerita yang menjadi dasar atau gagasan dasar umum karya sastra. Hal ini berkaitan dengan tokoh utama, artinya pengarang menyampaikan tema dan maksud dari sebuah karya sastra itu melalui tokoh utama.
Di dalam novel La Grande Borne ini, tema mayornya adalah mengenai konflik rumah tangga Dini dengan suaminya. Seperti yang ada dalam kutipan di bawah ini,
… Tahun-tahun berlaluan, kebersamaan dengan lelaki pilihanku sendiri itu bagaikan duri yang menunjam di dagingku, yang terasa ngilu, nyeri, lalu di lain waktu, berkat kehadiran Lintang dan Padang, hanya terasa tebal mengganjal sehingga bisa kuabaikan.
Sejak masa kerjanya di Filipina, dia memang lebih sering menonjol-nonjolkan betapa tidak bergunanya diriku karena tidak menghasilkan uang untuk rumah tangga… ( hal.142 )
b. Tema Minor ( tema tambahan ), adalah tema yang hanya terdapat pada bagian-bagian tertentu dalam cerita.
Di dalam novel La Grande Borne ini, tema tambahannya adalah percintaan dan perselingkuhan yang dilakukan oleh Dini dengan Bagus. Bisa diketahui dari kutipan di bawah ini,
Tangan kanannya meraih tengkukku, bibirku dikecupnya selintas, dilepaskan, selintas lagi, lalu yang ketiga kalinya, lidahnya menyelinap membelai mulutku… ( hal. 146 )
Sebenarnya aku tidak peduli lagi mengenai hal itu. Aku tidak memikirkan lagi kecemasan-kecemasan hamil karena dia. Di satu pihak, itu malahan ku anggap baik, karena aku akan mendapat alasan tepat untuk bercerai dari ayah anak-anak… ( hal. 151 )
B. AMANAT
Amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada pembaca.
Amanat dibagi menjadi dua yaitu :
a. Eksplisit ( bentuk penyampaian langsung )
Pesan moral yang disampaikan secara langsung melalui uraian, telling, penjelasan, penjelasan, expository. Kelebihan dari amanat ini adalah bersifat komunikatif.
b. Implisid ( bentuk penyampaian tidak langsung )
Pesannya hanya tersirat lewat cerita. Amanat disampaikan melalui teknik ragaan, showing.
Untuk menentukan amanat dari sebuah karya sastra, pembaca harus menafsirkan terlebih dahulu pesan yang disembunyikan oleh pengarangnya. Seperti dalam novel La Grande Borne ini, pembaca harus benar-benar menfsirkan dulu untuk mengetahui apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh pengarang. Dan dalam novel ini menurut analisis saya kalau pesan selalu dibawakan oleh Dini, misalnya dia yang selalu menyebut-nyebut kata “Lelaki pilihanku sendiri” intinya sang Suami yang sering membuatnya kesal dan sedih adalah lelaki pilihannya sendiri. Dari sini dapat diketahui bahwa kita sebagai pembaca diberi tahu kalau jangan samapi salah pilih dalam memilih lelaki untuk jadi pasangan hidup.
… Tahun-tahun berlaluan, kebersamaan dengan lelaki pilihanku sendiri itu bagaikan duri yang menunjam di dagingku, yang terasa ngilu, nyeri, lalu di lain waktu, berkat kehadiran Lintang dan Padang, hanya terasa tebal mengganjal sehingga bisa kuabaikan. ( hal.142 )
C. ALUR
Alur/ plot/ sujet adalah jalan cerita yang kronologis, cerita yang berisi peristiwa kejadian, berurutan, sebab-akibat. Alur dalam sebuah karya fiksi merupakan struktur peristwa-peristiwa, yaitu sebagaimana yang terlihat dalam pengurutan dan penyajian berbagai peristiwa tersebut untuk mencapai efek emosional dan efek artistik tertentu.
Alur memiliki tiga unsur :
1. Peristiwa fungsional, adalah peristiwa yang menentukan arah dan plot sendiri. Hal ini berkaitan dengan inti cerita/ alur.
2. Peristiwa kaitan( seniman ), adalah peristiwa yang berfungsi untuk mengaitkan peristiwa satu keperistiwa lain.
3. Peristiwa acuan, adalah peristiwa yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap alur. Hal ini selalu berkaitan dengan suasana hati tokohnya.
Macam-macam alur
1. Berdasarkan waktu
a. Alur lurus/progresif, artinya apabila peristiwa-peristiwa dalam karya sastra tersebut berjalan secara kronologis.
b. Alur sorot balik/flashback, artinya apabila cerita yang ada dalam karya sastra tidak diawali dari awal cerita.
c. Alur campuran, artinya apabila jalan cerita dalam karya sastra menggunakan model perpaduan lurus dan flashback.
Di dalam novel La Grande Borne ini menggunakan alur campuran, karena pada awal cerita Dini sebagai tokoh utama menceritakan dimana dia pulang ke Prancis dan tinggal di La Grande Borne bersama Suami dan anak-anaknya dan Rosa seorang dari tiga pembantu.
Kemudian di tengah cerita Dini menceritakan bagaimana pertama kalinya sang suami meamarnya dengan kata-kata manis san suami yang pernah diucapakan dan di dalam cerita Dini juga sering menceritakan tentang masa lalunya.
Di akhir cerita Dini menceritakan bagaimana dia mengalami sakit dan berulang-ulang kali pengobatannya tanpa ditemani sang suami, sampai dia menceritakan perjalanannya untuk menemui keluarganya di Indonesia. Kemudian dari anak-anaknya lah dia mulai bersemangat untuk menjalani hidupnya.
2. Berdasarkan jumlah
a. Alur tunggal, artinya apabila jalan cerita dalam karya sastra hanya memilki satu alur saja. Contohnya ada pada tulisan biografi.
b. Alur sub alur ( plot sub plot ), artinya apabila jalan cerita karya sastra memiliki satu alur sebagai alur utama dan memilki alur-alur tambahannya berkaitan dengan tokoh tamabahan.
3. Berdasrkan kepadatan
a. Alur padat, apabila jalan ceritanya tidak dapat disisipi oleh alur tambahan.
b. Alur longgar, ada banyak alur-alur yang tidak penting.
D. PENGALURAN
Pengaluran adalah cara memunculkan alur dalam cerita yaitu melalui tingkah laku, perbuatan, dan sikap tokoh-tokoh ( utama ) atau cara menyampaikan alurnya.
Pengaluran menurut Aristoteles dibagi menjadi tiga :
1. Tahap awal, berisi tentang pengenalan latar dan tokoh/ karakter. Penulisan latar, permasalahan-permasalahannya dan konflik-konflik dalam awal cerita.
Di jelaskan dalam awal cerita bagaimana Dini tinggal di sebuah apartemen di La Grande Borne bersama suami dan anak-anaknya serta Rosa, kemudian Rosa pergi. Suami yang sering membuatnya kesal dan sakit hati akibat sikap-sikapnya, dan perhitungan terhadap keluarganya.
Dari sikap-sikap dan perlakuan suaminya yang kurang perhatian itu Dini mulai menjalin hubungan dengan laki-laki lain.
2. Tahap tengah, berisi tentang konflik yang mengerucut menjadi klimaks dari peristiwa ( pusat dari cerita ).
Di dalam novel ini, diceritakan bahwa saat Dini mulai kehilangan Bagus ( lelaki selingkuhannya yang dia cintai ), sang kaptennya Bagus tidak ada kabar dan menemuinya. Kemudian hubungan yang semakin memburuk dengan suaminya, ditambah penyakit fatal yang nyaris merenggut nyawanya, membuat Dini menjalani hari-harinya tanpa semangat.
3. Tahap akhir, adalah tahap penyelesaian, bagaimana cerita itu di akhiri. Tahap leraian, missal happy ending atau sad ending.
Pada tahap akhir ini ada tahap akhir tertutup dan akhir terbuka, yang akhir tertutup penulis benar-benar memunculkan akhir cerita ( sudah jelas ), sedangkan akhir terbuka adalah akhir ceritanya akan menghasilkan ambiguitas karena mengambang.
Di dalam novel ini menggunakan tahap akhir terbuka, karena tidak begitu jelas dalam penyampaian akhirannya. Hanya diceritakan kalau Dini yang mulai bersemangat karena kehadiran kedua anaknya Lintang dan Padang.
Dari sini dapat di ambil kesimpulan kalau tahap leraiannya adalah happy ending karena Dini sudah mulai bersemangat lagi untuk menjalani hidupnya yang penuh kemelut percintaan dan sakit yang dia alami.
Gerimis
Judul : Gerimis
Pengarang : Feby Indirani
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 139 halaman
Sebuah novel yang terinspirasi dari lirik lagu gerimis “senyawa” yang menceritakan kisah hidup seorang wanita penikmat teh dan pecinta bau gerimis “Dania Lasmidara” namanya, dia bekerja sebagai wartawan disebuah media “value” .Seperti problem pada umumnya mengenai profesi, cinta, bahkan tentang makna dirinya sendiri. Tetapi tiba-tiba segala sesuatu dalam hidupnya terasa salah, Tentang profesinya sebagai wartawan, yang tadinya dia bercita-cita ingin menjadi seorang penyanyi tetapi di tentang oleh kedua orang tuanya, dia harus melepas the restless band SMAnya untuk pergi ke New York . Beralih ke problem selanjutnya tentang asmara, Dania berpacaran selama lima tahun dengan Andhika, teman sekampusnya. Kegamangan tiba-tiba muncul begitu saja saat Andhika mengajaknya menikah, hal itu butuh pertimbangan yang cukup matang bukan? Tentang profesi Andhika yang belum pasti, dan juga belum dari problem-problem Dhika dengan keluarganya. Dalam kondisi tersebut tiba-tiba muncul laki-laki lain dalam hidupnya yaitu Satya, sosok yang sangat berbeda dengan Andhika. Semenjak kenal Satya hidupnya terasa lebih berwarna dan bahagia. Tetapi semua itu tak terlepas dari pertemanan. Dania mempunyai teman maya yang tinggal di Melbourne bernama Damar, mereka sama-sama penikmat teh dan pecinta gerimis, persahabatan yang indah, justru dengan Damar lah Dania selalu jujur mengenai perasaannya, padahal mereka belum pernah saling bertemu dan belum pernah melihat foto satu sama lain. E-mail dan internet mempunyai jasa besar dalam kisahnya, seringkali dania curhat kepada damar melalui e-mail, kemudian Damar kan membalas dengan kata kata indahnya mengenai problem-problem Dania dengan pria-pria dalam hidupnya itu. Suatu ketika Andhika marah hebat,dan mengakhiri hubungannya dengan Dania, nestapa percintaan dania tak hanya berhenti begitu saja, Satya juga pergi meningalkannya demi menikahi wanita lain. Ada kata-kata penyesalan dari dania yang dapat kita pelajari “sesaat aku memiliki dua orang pria, dan sekarang aku terpuruk sendirian, keduanya meninggalkanku dan semuanya karena kesalahanku sendiri, tidak pernah tegas akan pilihanku“. Itulah kata Dania. Kekosongan melanda dirinya begitu rupa. Tiba pada saatnya hari pertemuan dengan damar tiba, Dania datang ke rumah Damar yang di Jakarta. Kecemasan mulai merambahi Dania, sejumlah pertanyaan-pertanyaan menghantuinya,jadi benar Damar sakit? Seberapa parahkah sakitnya? Apakah dia begitu lemah sampai tidak bisa menghampiriku? Dania menemuinya, melihatnya, sesaat dirinya terpekik haru ternyata sepasang kaki Damar tergolek tak berdaya karena kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan damar harus dirawat di Melbourne. Air mata Dania luruh satu persatu,keadaannya sungguh diluar dugaan. Benar-benar tak seperti yang dibayangkan oleh Dania sebelumnya. Gerimis pertama itu mulai tumpah dari langit.
• Novel ini sangat menyentuh, ceritanya realistis dan cocok banget sama kehidupan sekarang mengenai umur, timing, karier. komitmen dan sebagainya. Klimaksnyapun bagiku dapat banget, disamping itu e-mail dan internet juga sangat berjasa dalam ceritanya.
Pengarang : Feby Indirani
Penerbit : Gagas Media
Jumlah Halaman : 139 halaman
Sebuah novel yang terinspirasi dari lirik lagu gerimis “senyawa” yang menceritakan kisah hidup seorang wanita penikmat teh dan pecinta bau gerimis “Dania Lasmidara” namanya, dia bekerja sebagai wartawan disebuah media “value” .Seperti problem pada umumnya mengenai profesi, cinta, bahkan tentang makna dirinya sendiri. Tetapi tiba-tiba segala sesuatu dalam hidupnya terasa salah, Tentang profesinya sebagai wartawan, yang tadinya dia bercita-cita ingin menjadi seorang penyanyi tetapi di tentang oleh kedua orang tuanya, dia harus melepas the restless band SMAnya untuk pergi ke New York . Beralih ke problem selanjutnya tentang asmara, Dania berpacaran selama lima tahun dengan Andhika, teman sekampusnya. Kegamangan tiba-tiba muncul begitu saja saat Andhika mengajaknya menikah, hal itu butuh pertimbangan yang cukup matang bukan? Tentang profesi Andhika yang belum pasti, dan juga belum dari problem-problem Dhika dengan keluarganya. Dalam kondisi tersebut tiba-tiba muncul laki-laki lain dalam hidupnya yaitu Satya, sosok yang sangat berbeda dengan Andhika. Semenjak kenal Satya hidupnya terasa lebih berwarna dan bahagia. Tetapi semua itu tak terlepas dari pertemanan. Dania mempunyai teman maya yang tinggal di Melbourne bernama Damar, mereka sama-sama penikmat teh dan pecinta gerimis, persahabatan yang indah, justru dengan Damar lah Dania selalu jujur mengenai perasaannya, padahal mereka belum pernah saling bertemu dan belum pernah melihat foto satu sama lain. E-mail dan internet mempunyai jasa besar dalam kisahnya, seringkali dania curhat kepada damar melalui e-mail, kemudian Damar kan membalas dengan kata kata indahnya mengenai problem-problem Dania dengan pria-pria dalam hidupnya itu. Suatu ketika Andhika marah hebat,dan mengakhiri hubungannya dengan Dania, nestapa percintaan dania tak hanya berhenti begitu saja, Satya juga pergi meningalkannya demi menikahi wanita lain. Ada kata-kata penyesalan dari dania yang dapat kita pelajari “sesaat aku memiliki dua orang pria, dan sekarang aku terpuruk sendirian, keduanya meninggalkanku dan semuanya karena kesalahanku sendiri, tidak pernah tegas akan pilihanku“. Itulah kata Dania. Kekosongan melanda dirinya begitu rupa. Tiba pada saatnya hari pertemuan dengan damar tiba, Dania datang ke rumah Damar yang di Jakarta. Kecemasan mulai merambahi Dania, sejumlah pertanyaan-pertanyaan menghantuinya,jadi benar Damar sakit? Seberapa parahkah sakitnya? Apakah dia begitu lemah sampai tidak bisa menghampiriku? Dania menemuinya, melihatnya, sesaat dirinya terpekik haru ternyata sepasang kaki Damar tergolek tak berdaya karena kecelakaan lalu lintas yang mengharuskan damar harus dirawat di Melbourne. Air mata Dania luruh satu persatu,keadaannya sungguh diluar dugaan. Benar-benar tak seperti yang dibayangkan oleh Dania sebelumnya. Gerimis pertama itu mulai tumpah dari langit.
• Novel ini sangat menyentuh, ceritanya realistis dan cocok banget sama kehidupan sekarang mengenai umur, timing, karier. komitmen dan sebagainya. Klimaksnyapun bagiku dapat banget, disamping itu e-mail dan internet juga sangat berjasa dalam ceritanya.
Perempuan di titik nol
Judul : Perempuan Di Titik Nol
Pengarang : Nawal el- Saadawi
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Jumlah Halaman : 156 halaman
Ini adalah kisah seorang wanita sejati, karya Nawal el-saadawi seorang penulis dan pengarang feminis dari mesir, kisah dari novel ini merupakan kisah cerita dari seorang perempuan yang bernama Firdaus dari sel penjaranya, tempat dimana dia menunggu pelaksanaan hukuman matinya karena telah membunuh seorang laki-laki.Firdaus adalah anak dari seorang petani miskin , sejak ayah dan ibunya meninggal firdaus tinggal bersama pamannya, disana dia di sekolahkan dasar dan sampai tamat kemudian sekolah menengah di kairo. Di kairo firdaus tinggal bersama paman dan istrinya. Tetapi kelamaan istri pamannya mulai tidak suka kepadanya, dan akhirnya Firdaus di masukkan ke Asrama sampai pada tahun pelajaran telah selesai, firdaus kembali pulang kerumah pamannya. Disinilah awal penderitaannya yang semakin membuncak, dia harus terpaksa menikah dengan duda yang tinggal sendiri yang bernama Syekh mahmoud orang terhormat dan kaya raya tetapi cacat dan perhitungan.Awalnya baik dan penuh perhatian tetapi lama kelamaan dirasakan kekerasan terhadap dirinya,sampai pada suatu hari Firdaus harus terpaksa kabur dari rumah suaminya.Dia mulai tinggal dijalanan sambil nyari-nyari kerjaan dengan ijazah menengahnya,tetapi tak pernah berhasil, dia mulai tinggal bersama Bayoumi , rasa-rasanya deritanya tak kunjung berhenti, Bayoumi berperilaku kasar terhadapnya sampai menidurinya, bahkan temannyapun berperilaku demikian, Akhurnya dia melarikan diri dari bayoumi dan tempat jalanan itu. Pertemuan dengan Sharifa el dine membuat hidup firdaus benar-benar berubah dan mengajarkan kepada firdaus untuk menjadi wanita yang lebih dihargai dengan tinggi bahwa dia harus lebih keras untuk menghadapi kerasnya kehidupan, Firdaus menjual tubuhnya atas kendali sharifa, tapi tak lama. Firdaus menyadari bahwa dirinya cuma dimanfaatkan oleh sharifa, akhirnya dia meninggalkan segala kemewahan yang diberikan sharifa dan pergi melarikan diri ditengah hujan deras mengguyur tubuhnya dengan hanya memakai sehelai baju tipis. Firdaus berprofesi sebagai pelacur,dari berbagai macam profesipun datang kepadanya, ada salah satu diantara tamunya itu mampu menggetarkan hati firdaus, dia seorang wartawan yang bernama Di’aa .” kau tidak terhormat” katanya. Kata-kata itu sungguh membuat firdaus tidak pernah tenang, pukulan-pukulan dahsyat terus menggetarkan jiwanya, sampai akhirnya dia memutuskan untuk berhenti menjadi pelacur dan mulai bekerja sebagai karyawan disalah satu perusahaan terkemuka.Selama tiga tahun bekerja sebagai karyawan dia mulai merasakan bahwa dengan menjadi pelacur dia malah lebih dipandang terhormat dan dihargai lebih tinggi daripada semua karyawan perempuan dimana dia bekerja.Dia juga mulai merasakan jatuh cinta kepada seorang laki-laki ditempat dia bekerja, namanya Ibrahim,disitu pulalah dia baru pertama kali merasakan patah hati yang sangat membuat dirinya sakit sejadi jadinya bahkan rasanya lebih sakit dari ia menjual tubuhnya. Ibrahim tiba-tiba telah bertunangan dengan anak gadis sang presiden direktur di perusahaan tempat mereka bekerja . Saatnya telah tiba bagi firdaus untuk melepaskan butiran yang terakhir dari kebajikannya, baginya “seorang pelacur yang sukses lebih baik dari pada seorang suci yang sesat”. Dia kembali menjadi pelacur , pelancur yang sangat sukses dan mendapat bayaran paling mahal, sampai ada seorang germo datang dan ingin memilikinya , tetapi firdaus menolaknya. Sampai percekcokanpun terjadi diantara keduanya,sampai kejadian tragis terjadi, firdaus telah membunuh laki-laki itu .Kemudian pada hari berikutnya dengan harga yang sangat tinggi firdaus dibayar oleh sorang pangeran arab untuk tidur bersamanya, tetapi perilaku pangeran itu memancing kemarahan firdaus Dengan seketika uang bayaran tersebutpun dicabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan kecil, pangeran itu tetap menantang firdaus , sampai firdaus benar-benar melakukannya, dia mampu membunuh pangeran itu. Dengan seketika polisi langsung datang dan menangkap firdaus, hukuman matipun dilayangkan kepada perempuan pemberani itu.
Novel yang benar-benar menyentuh dan menggetarkan jiwa bagi sang pembacanya, ceritanya begitu gamblang mengenai kehidupan seorang pelacur. Disini kita juga dapatkan pelajaran moral, tentang bagaimana kita menyikapi kerasnya kehidupan sekarang.
Pengarang : Nawal el- Saadawi
Penerbit : Yayasan Obor Indonesia
Jumlah Halaman : 156 halaman
Ini adalah kisah seorang wanita sejati, karya Nawal el-saadawi seorang penulis dan pengarang feminis dari mesir, kisah dari novel ini merupakan kisah cerita dari seorang perempuan yang bernama Firdaus dari sel penjaranya, tempat dimana dia menunggu pelaksanaan hukuman matinya karena telah membunuh seorang laki-laki.Firdaus adalah anak dari seorang petani miskin , sejak ayah dan ibunya meninggal firdaus tinggal bersama pamannya, disana dia di sekolahkan dasar dan sampai tamat kemudian sekolah menengah di kairo. Di kairo firdaus tinggal bersama paman dan istrinya. Tetapi kelamaan istri pamannya mulai tidak suka kepadanya, dan akhirnya Firdaus di masukkan ke Asrama sampai pada tahun pelajaran telah selesai, firdaus kembali pulang kerumah pamannya. Disinilah awal penderitaannya yang semakin membuncak, dia harus terpaksa menikah dengan duda yang tinggal sendiri yang bernama Syekh mahmoud orang terhormat dan kaya raya tetapi cacat dan perhitungan.Awalnya baik dan penuh perhatian tetapi lama kelamaan dirasakan kekerasan terhadap dirinya,sampai pada suatu hari Firdaus harus terpaksa kabur dari rumah suaminya.Dia mulai tinggal dijalanan sambil nyari-nyari kerjaan dengan ijazah menengahnya,tetapi tak pernah berhasil, dia mulai tinggal bersama Bayoumi , rasa-rasanya deritanya tak kunjung berhenti, Bayoumi berperilaku kasar terhadapnya sampai menidurinya, bahkan temannyapun berperilaku demikian, Akhurnya dia melarikan diri dari bayoumi dan tempat jalanan itu. Pertemuan dengan Sharifa el dine membuat hidup firdaus benar-benar berubah dan mengajarkan kepada firdaus untuk menjadi wanita yang lebih dihargai dengan tinggi bahwa dia harus lebih keras untuk menghadapi kerasnya kehidupan, Firdaus menjual tubuhnya atas kendali sharifa, tapi tak lama. Firdaus menyadari bahwa dirinya cuma dimanfaatkan oleh sharifa, akhirnya dia meninggalkan segala kemewahan yang diberikan sharifa dan pergi melarikan diri ditengah hujan deras mengguyur tubuhnya dengan hanya memakai sehelai baju tipis. Firdaus berprofesi sebagai pelacur,dari berbagai macam profesipun datang kepadanya, ada salah satu diantara tamunya itu mampu menggetarkan hati firdaus, dia seorang wartawan yang bernama Di’aa .” kau tidak terhormat” katanya. Kata-kata itu sungguh membuat firdaus tidak pernah tenang, pukulan-pukulan dahsyat terus menggetarkan jiwanya, sampai akhirnya dia memutuskan untuk berhenti menjadi pelacur dan mulai bekerja sebagai karyawan disalah satu perusahaan terkemuka.Selama tiga tahun bekerja sebagai karyawan dia mulai merasakan bahwa dengan menjadi pelacur dia malah lebih dipandang terhormat dan dihargai lebih tinggi daripada semua karyawan perempuan dimana dia bekerja.Dia juga mulai merasakan jatuh cinta kepada seorang laki-laki ditempat dia bekerja, namanya Ibrahim,disitu pulalah dia baru pertama kali merasakan patah hati yang sangat membuat dirinya sakit sejadi jadinya bahkan rasanya lebih sakit dari ia menjual tubuhnya. Ibrahim tiba-tiba telah bertunangan dengan anak gadis sang presiden direktur di perusahaan tempat mereka bekerja . Saatnya telah tiba bagi firdaus untuk melepaskan butiran yang terakhir dari kebajikannya, baginya “seorang pelacur yang sukses lebih baik dari pada seorang suci yang sesat”. Dia kembali menjadi pelacur , pelancur yang sangat sukses dan mendapat bayaran paling mahal, sampai ada seorang germo datang dan ingin memilikinya , tetapi firdaus menolaknya. Sampai percekcokanpun terjadi diantara keduanya,sampai kejadian tragis terjadi, firdaus telah membunuh laki-laki itu .Kemudian pada hari berikutnya dengan harga yang sangat tinggi firdaus dibayar oleh sorang pangeran arab untuk tidur bersamanya, tetapi perilaku pangeran itu memancing kemarahan firdaus Dengan seketika uang bayaran tersebutpun dicabik-cabiknya menjadi serpihan-serpihan kecil, pangeran itu tetap menantang firdaus , sampai firdaus benar-benar melakukannya, dia mampu membunuh pangeran itu. Dengan seketika polisi langsung datang dan menangkap firdaus, hukuman matipun dilayangkan kepada perempuan pemberani itu.
Novel yang benar-benar menyentuh dan menggetarkan jiwa bagi sang pembacanya, ceritanya begitu gamblang mengenai kehidupan seorang pelacur. Disini kita juga dapatkan pelajaran moral, tentang bagaimana kita menyikapi kerasnya kehidupan sekarang.
Edensor
Judul : Edensor
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : 290 halaman
Di novel ini bercerita tentang Ikal yang memiliki banyak nama, namanya sering ganti-ganti karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Nama pertama yang diberikan sang ayah bermaksud agar Ikal menjadi anak yang baik tapi nyatanya Ikal tumbuh menjadi anak nakal dan jahil. Akhirnya ayahnya sempat mengganti nama Ikal sampai berkali-kali, tetapi Ikal tetap saja menjadi anak yang bandel sampai akhirnya Ikal diperbolehkan memilih namanya sendiri. Saat itu Ikal sedang membolak-balik halaman majalah Aktuil, dia terinspirasi dari nama di majalah tersebut, namanya Andrea. Setelah lulus Ikal dan Arai menerima surat pengumuman tes beasiswa. Kalau mereka diterima untuk melanjutkan studi di Sorbone Prancis. Tibalah saat keberangkatan mereka dari Bandara Soekarno Hatta terus ke Belanda dulu dan akan dijemput seorang pegawai dari kantor perwakilan Uni Eropa di Belgia. Sesampai di Belanda, mereka melanjutkan perjalanan ke Brugge, pertama disana alam tak bersahabat dengannya, tiada tempat buat mereka bersinggah, rumah-rumah, gedung-gedung tertutup rapat, semua menguncinya karena ada tanda bahwa akan turun salju waktu itu. Suhu telah terjun ke titik minus Sembilan derajat celcius, semakin malam makin tak tertahankan, embusan uap es dari Laut Utara menyapu semenanjung Zeebruggae di perbatasan Belanda. Tidak bisa dibayangkan suasana saat itu, gelap mengerucut di lilit dingin, suara alam lenyap terserap angin bahkan angin sendiri membeku, mereka berdua duduk berpelukan, mengerut dan menggigil hebat. Tetapi syukurlah keduanya masih bisa bertahan.
Akhirnya dari mimpi-mimpi Ikal yang bisa dibilang tidak mungkin untuk anak melayu belitong miskin yang dulu bersekolah di gubuk kopra untuk melihat keindahan kota Paris secara langsung tercapai juga dan yang pasti adalah mimpi untuk menginjakkan kaki di Almamater Sorbone, Prancis. Masa-masa Ikal dan Arai kuliah di Sorbone, mahasiswa-mahasiswanya terdiri dari berbagai ragam bangsa. Di kampusnya ada yang bernama Katya, wanita idaman. Setiap laki-laki yang melihatnya akan jatuh hati kepadanya. Namun tidak ada yang pernah berhasil mendekati Katya, semua ditolaknya begitu saja. Sebuah kejutan bagi Ikal, tiba-tiba ia mendapatkan perhatian yang lain dari Katya. Katya mengirimkan email-email kepada Ikal, pendekatan pun berlangsung Ikal dan Katya berpacaran, seisi kampus heboh karenanya tetapi sayang hubungan mereka tidak bertahan lama. Ikal masih tetap pada perasaannya dengan cinta pertamanya dulu dengan Aling, tidak ada henti-hentinya usaha Ikal buat mencari keberadaan Aling. Usaha yang dapat dilakukan saat itu adalah mengetik namanya di mesin-mesin pencari internet, muncullah ratusan nama dengan beragam kejadian dan profesi, di Prancis dia menemui tiga yang bernama Njoo Xian Ling. Dicarilah dia, tapi sayang ketiga-tiganya ternyata bukan Aling yang dicarinya selama ini. Mimpi Arai dan Ikal masih ada yang belum terlaksana. Mereka memimpikan untuk bias keliling Eropa. Salah satu teman diantara mereka mengetahui keinginan mereka itu dan akhirnya member saran supaya mengamen untuk biaya keliling Eropa sampai ke Afrika. Gila ! paling tidak ada tiga puluh satu negara yang harus dilintasi. Seperti yang kita ketahui semua tantangan itu tidak akan menyurutkan semangat mereka untuk meraih mimpi-mimpi seperti kata Ikal ini
“Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin liku-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup ! ingin merasakan sari pati hidup !
Akhirnya bersama dengan teman-temannya meraka mengadakan pertaruhan untuk mengelilingi Eropa sampai ke Afrika,” yang dapat menempuh paling banyak kota dan negara, dialah pemenang” dan yang menempuh paling sedikit kota dan negara adalah yang kalah dan sebagai hukumannya adalah mengurus laundry peserta lain selama tiga bulan, membayar cover charge untuk clubbing dan yang paling mengiriskan adalah harus menuntun sepeda secara mundur dari museum legendaries le Louvre ke gerbang L’Arc de Triomphe melintasi kawasan paling prestisius di Paris. Arai dan Ikal menjadi seniman jalanan untuk sampai mengelilingi benua Eropa sampai Afrika, perjalanan yang lebih menegangkan dibandingkan dengan pergi ke Paris dan bersekolah ke Sorbone. Mereka mempunyai schengen visa, sehingga bebas keluar masuk ke banyak Negara Eropa. Di sepanjang perjalanan, Ikal juga masih terobsesi untuk mencari Aling. Sampai Ikal dan Arai tersesat di Taiga Siberia, bagian dari Siberia yang paling pelosok, mereka melewati kampung demi kampung sebagaian adalah kampung tambang yang telah diabaikan : dingin, terpencil, dan seram. Mereka terpelosok ke pedalaman. Perjalanan yang banyak memberi pelajaran bagi keduanya. Ikal dan Araipun kembali pulang ke Eropa tanpa dapat menemukan Aling. Setelah itu Araipun jatuh sakit dan pulang ke Indonesia, sedangkan Ikal melanjutkan kuliahnya di Inggris krena guru yang membimbing Ikal pindah ke Inggris untuk pension. Dan akhirnya, Ikal melihat pemandangan yang sering dilihatnya di dalam khayalannya sendiri, tetapi sekarang pemandangan itu nyata dan pemandangan itu adalah Edensor.
“Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak, berselang-seling diantara jarejak anggur yang ditelantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia, Daffodil dan Austuaria tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan berwarna oranye, mendayu-dayu karena belaian lalu terbentamh luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas.
Demikianlah nyata gambaran Edensor di kepala Ikal.
• Sungguh sebuah novel yang memesona tentang pencarian diri dan cinta. Perjuangan-perjuangan untuk meraih mimpi dan banyak yang dapat kita pelajari dari novel ini. Misalnya setiap ada kemauan disitu pasti ada jalan, Ikal dan Arai membuktikannya dengan mereka mampu keliling Eropa sampai Afrika dengan usaha-usahanya, meskipun hanya dengan menjadi pengamen seniman jalanan.
Pengarang : Andrea Hirata
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Halaman : 290 halaman
Di novel ini bercerita tentang Ikal yang memiliki banyak nama, namanya sering ganti-ganti karena tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Nama pertama yang diberikan sang ayah bermaksud agar Ikal menjadi anak yang baik tapi nyatanya Ikal tumbuh menjadi anak nakal dan jahil. Akhirnya ayahnya sempat mengganti nama Ikal sampai berkali-kali, tetapi Ikal tetap saja menjadi anak yang bandel sampai akhirnya Ikal diperbolehkan memilih namanya sendiri. Saat itu Ikal sedang membolak-balik halaman majalah Aktuil, dia terinspirasi dari nama di majalah tersebut, namanya Andrea. Setelah lulus Ikal dan Arai menerima surat pengumuman tes beasiswa. Kalau mereka diterima untuk melanjutkan studi di Sorbone Prancis. Tibalah saat keberangkatan mereka dari Bandara Soekarno Hatta terus ke Belanda dulu dan akan dijemput seorang pegawai dari kantor perwakilan Uni Eropa di Belgia. Sesampai di Belanda, mereka melanjutkan perjalanan ke Brugge, pertama disana alam tak bersahabat dengannya, tiada tempat buat mereka bersinggah, rumah-rumah, gedung-gedung tertutup rapat, semua menguncinya karena ada tanda bahwa akan turun salju waktu itu. Suhu telah terjun ke titik minus Sembilan derajat celcius, semakin malam makin tak tertahankan, embusan uap es dari Laut Utara menyapu semenanjung Zeebruggae di perbatasan Belanda. Tidak bisa dibayangkan suasana saat itu, gelap mengerucut di lilit dingin, suara alam lenyap terserap angin bahkan angin sendiri membeku, mereka berdua duduk berpelukan, mengerut dan menggigil hebat. Tetapi syukurlah keduanya masih bisa bertahan.
Akhirnya dari mimpi-mimpi Ikal yang bisa dibilang tidak mungkin untuk anak melayu belitong miskin yang dulu bersekolah di gubuk kopra untuk melihat keindahan kota Paris secara langsung tercapai juga dan yang pasti adalah mimpi untuk menginjakkan kaki di Almamater Sorbone, Prancis. Masa-masa Ikal dan Arai kuliah di Sorbone, mahasiswa-mahasiswanya terdiri dari berbagai ragam bangsa. Di kampusnya ada yang bernama Katya, wanita idaman. Setiap laki-laki yang melihatnya akan jatuh hati kepadanya. Namun tidak ada yang pernah berhasil mendekati Katya, semua ditolaknya begitu saja. Sebuah kejutan bagi Ikal, tiba-tiba ia mendapatkan perhatian yang lain dari Katya. Katya mengirimkan email-email kepada Ikal, pendekatan pun berlangsung Ikal dan Katya berpacaran, seisi kampus heboh karenanya tetapi sayang hubungan mereka tidak bertahan lama. Ikal masih tetap pada perasaannya dengan cinta pertamanya dulu dengan Aling, tidak ada henti-hentinya usaha Ikal buat mencari keberadaan Aling. Usaha yang dapat dilakukan saat itu adalah mengetik namanya di mesin-mesin pencari internet, muncullah ratusan nama dengan beragam kejadian dan profesi, di Prancis dia menemui tiga yang bernama Njoo Xian Ling. Dicarilah dia, tapi sayang ketiga-tiganya ternyata bukan Aling yang dicarinya selama ini. Mimpi Arai dan Ikal masih ada yang belum terlaksana. Mereka memimpikan untuk bias keliling Eropa. Salah satu teman diantara mereka mengetahui keinginan mereka itu dan akhirnya member saran supaya mengamen untuk biaya keliling Eropa sampai ke Afrika. Gila ! paling tidak ada tiga puluh satu negara yang harus dilintasi. Seperti yang kita ketahui semua tantangan itu tidak akan menyurutkan semangat mereka untuk meraih mimpi-mimpi seperti kata Ikal ini
“Aku ingin mendaki puncak tantangan, menerjang batu granit kesulitan, menggoda mara bahaya, dan memecahkan misteri dengan sains. Aku ingin menghirup berupa-rupa pengalaman lalu terjun bebas menyelami labirin liku-liku hidup yang ujungnya tak dapat disangka. Aku mendamba kehidupan dengan kemungkinan-kemungkinan yang bereaksi satu sama lain seperti benturan molekul uranium: meletup tak terduga-duga, menyerap, mengikat, mengganda, berkembang, terurai dan berpencar ke arah yang mengejutkan. Aku ingin ke tempat-tempat yang jauh, menjumpai beragam bahasa dan orang-orang asing. Aku ingin berkelana, menemukan arahku dengan membaca bintang gemintang. Aku ingin mengarungi padang dan gurun-gurun, ingin melepuh terbakar matahari, limbung dihantam angin dan menciut dicengkeram dingin. Aku ingin kehidupan yang menggetarkan, penuh dengan penaklukan. Aku ingin hidup ! ingin merasakan sari pati hidup !
Akhirnya bersama dengan teman-temannya meraka mengadakan pertaruhan untuk mengelilingi Eropa sampai ke Afrika,” yang dapat menempuh paling banyak kota dan negara, dialah pemenang” dan yang menempuh paling sedikit kota dan negara adalah yang kalah dan sebagai hukumannya adalah mengurus laundry peserta lain selama tiga bulan, membayar cover charge untuk clubbing dan yang paling mengiriskan adalah harus menuntun sepeda secara mundur dari museum legendaries le Louvre ke gerbang L’Arc de Triomphe melintasi kawasan paling prestisius di Paris. Arai dan Ikal menjadi seniman jalanan untuk sampai mengelilingi benua Eropa sampai Afrika, perjalanan yang lebih menegangkan dibandingkan dengan pergi ke Paris dan bersekolah ke Sorbone. Mereka mempunyai schengen visa, sehingga bebas keluar masuk ke banyak Negara Eropa. Di sepanjang perjalanan, Ikal juga masih terobsesi untuk mencari Aling. Sampai Ikal dan Arai tersesat di Taiga Siberia, bagian dari Siberia yang paling pelosok, mereka melewati kampung demi kampung sebagaian adalah kampung tambang yang telah diabaikan : dingin, terpencil, dan seram. Mereka terpelosok ke pedalaman. Perjalanan yang banyak memberi pelajaran bagi keduanya. Ikal dan Araipun kembali pulang ke Eropa tanpa dapat menemukan Aling. Setelah itu Araipun jatuh sakit dan pulang ke Indonesia, sedangkan Ikal melanjutkan kuliahnya di Inggris krena guru yang membimbing Ikal pindah ke Inggris untuk pension. Dan akhirnya, Ikal melihat pemandangan yang sering dilihatnya di dalam khayalannya sendiri, tetapi sekarang pemandangan itu nyata dan pemandangan itu adalah Edensor.
“Jalan-jalan desa menanjak berliku-liku dihiasi deretan pohon oak, berselang-seling diantara jarejak anggur yang ditelantarkan. Lebah madu berdengung mengerubuti petunia, Daffodil dan Austuaria tumbuh sepanjang pagar peternakan, berdesakan di celah-celah bangku batu. Di belakang rumah penduduk tumpah ruah dedaunan berwarna oranye, mendayu-dayu karena belaian lalu terbentamh luas padang rumput, permukaannya ditebari awan-awan kapas.
Demikianlah nyata gambaran Edensor di kepala Ikal.
• Sungguh sebuah novel yang memesona tentang pencarian diri dan cinta. Perjuangan-perjuangan untuk meraih mimpi dan banyak yang dapat kita pelajari dari novel ini. Misalnya setiap ada kemauan disitu pasti ada jalan, Ikal dan Arai membuktikannya dengan mereka mampu keliling Eropa sampai Afrika dengan usaha-usahanya, meskipun hanya dengan menjadi pengamen seniman jalanan.
Selasa, 13 April 2010
Kembang Kertas
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang Masalah
Ada beberapa macam pendekatan yang dapat dilakukan dalam menelaah karya saatra diantaranya dengan pendekatan psikologi, yang secara ringkas dapat dirumuskan bahwa pendekatan psikologi baik yang bersumber dari gagasan Freud maupun Jung, mencakup empat penyelidikan yakni:
1. psikologi pengarang sebagai tipe dan individu
2. bagaimana terjadinya proses penciptaan karya sastra
3. sejauh mana psikologi diterapkan dalam karya sastra, dan
4. pengaruh karya sastra pada pembacanya.
Mengenai penyelidikan yang dapat dipandang bentuk lain dari kesadaran sastrawan; atau penyelidikan karya sastra dari teori mimpi Freud, seperti yang dikatakan Max Miliner atau penyelidikan karya sastra dalam kaitannya dengan masa lalu dan proses pembentukan psikis manusia, sebenarnya bukan wilayah ilmu sastra dalam pengertian yang khusus. Penyelidikan tersebut termasuk ke dalam wilayah psikologi. Demikian juga masalah yang menyangkut pengaruh karya sastra kepada pembaca dapat dimasukkan ke dalam psikologi jika pusat perhatiannya menyangkut reaksi psikis pembaca , tetapi juga dapat dimasukkan ke dalam sosiologi sastra (sosiologi pembaca), jika pusat perhatiannya karya itu berpengaruh pada masyarakat pembaca.
Hampir manusia mengalami konflik batin, konflik yang disebabkan oleh adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku, sedangkan batin itu tersendiri adalah yang terdapat di dalam hati, yang mengenai jiwa, membatinkan, merahasiakan, menyembunyikan, menyimpan di hati. Didalam novel ini konflik batin sangat mendominasi alur ceritanya. Konflik batin yang dialami tokoh utama Kartini ditinjau secara psikologi dengan berdasarkan konsep dalam teori psikologi Abraham Maslow yaitu konflik batin akibat tidak terpuaskannya (a) kebutuhan-kebutuhan dasar fisiologis, (b) kebutuhan rasa aman, (c) kebutuhan akan cinta dan rasa memiliki, (d) kebutuhan akan harga diri, (e) kebutuhan akan aktualisasi. Hasil analisis menyatakan bahwa konflik batin telah mempengaruhi kondisi psikologis Kartini, konflik batin yang dialami berakibat pada pembentukan pribadi yang tidak sehat, Kartini mengalami kelainan pada seksualitasnya..
Begitu juga dalam puisi, telah kita ketahui bahwa puisi adalah karya sastra yang mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan di susun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batinnya, dengan memperhatikan tata bahasa dalam puisi itu.
1.2 Permasalahan dan Ruang lingkup
Sastra dipahami sebagai sebuah bangunan yang menciptakan dunia rekaan bagi sang pembacanya. Bangunan dunia rekaan itu merupakan kesatuan organik sejumlah unsur pembentuk yang saling terkait secara erat. Unsur-unsur pembangun karya sastra itu adalah tema, sudut pandang, latar, tokoh, dan alur. Tiap pengarang memandang suatu persoalan dari sudut pandang tertentu. Berdasarkan sudut tinjauannya itu, ia kemudian merangkai unsur-unsur pembangun kisahnya dalam suatu jalinan yang erat dan efektif untuk mengungkapkan permasalahan yang akan disampaikannya. Dengan demikian, tiap karya sastra menyajikan dunia rekaan yang unik,hasil khas ciptaan pengarangnya. Berdasarkan hal tersebut, masalah yang akan dijelaskan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Bagaimanakah konflik batin, pendekatan psikologi sastra yang terjadi dalam novel kembang kertas?
2) Bagaimanakah unsur-unsur pembangun struktur karya sastra yang terdiri dari tema, sudut pandang, latar, tokoh, alur dari novel kembang kertas?
3) Bagaimanakah tata bahasa dalam puisi Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar?
1.3 Tujuan
Alasan-alasan yang telah dikemukakan pada latarbelakang di atas merupakan faktor pendorong dilakukannya penelitian ini, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran unsur psikologi manusia (tokoh) dalam novel Kembang Kertas dan menyampaikan maksud dari sang penulis bahwa hadirnya novel Kembang Kertas ini bukan ingin melegalkan Lesbianisme, tetapi novel ini lebih menceritakan tentang pergolakan batin seorang anak manusia dalam memahami perubahan dalam dirinya. Kita boleh menolak dan jijik atau menganggap mereka sampah tapi kita juga harus memberi tempat, bahwa mereka juga manusia, sama seperti kita. Karena tak seorang perempuan pun ingin dilahirkan sebagai Lesbian.
Dan kita dapat mengetahui tata bahasa atau gaya bahasa ( stilistika deskriptif ) dalam puisi Kawanku dan Aku karya Chairil Anwar.
1.4 Kerangka Teori
Psikologi sastra melakukan pendekatannya dengan melibatkan tiga unsur, yaitu pengarang sebagai pencipta, karya sastra dan pembaca selaku penikmat.
Pada tahap awal karya sastra dianggap sebagai proyeksi pengarang. Aspek-aspek emosi yang terdapat dalam karya itu dianggap mewakili emosi-emosi pengarang. Dengan begitu latar belakang pribadi pengarang yang menjadi beban penyelidikannya. Lewat pendekatan psikologi, diharapkan dapat terungkapkan bagaimana pengalaman pengarang amat menentukan isi karyanya, seperti gaya, tema dan penggambaran watak para tokoh penciptaannya.
Pada tahap kedua berusaha menyelidiki “misi” pengarang yang teerkandung dalam karyanya, dalam hal ini pembaca dianggap sebagai objek sasaran pengarang.
Pada tahap ketiga berusaha menelaah puisi dengan tata bahasa yang di gunakan.
1.5 Metode
Metode yang dipergunakan dalam peneliitian ini adalah metode deskriptif . dengan memilih salah satu unsur dalam novel Kembang Kertas yakni aspek konflik batin ditinjau dari pendekatan psikologi sastra. Kemudian dengan menggunakan metode stilistika deskriptif pada puisi.
BAB II
PEMBAHASAN
PENDEKATAN PSIKOLOGI SASTRA DAN KONFLIK BATIN DALAM NOVEL KEMBANG KERTAS KARYA ENI MARTINI
2.1 Pendekatan Psikologi Sastra dan konflik batin dalam novel Kembang Kertas
Pendekatan psikologi adalah pendekatan yang bertolak dari asumsi bahwa karya sastra selalu saja membahas tentang peristiwa kehidupan manusia. Manusia senantiasa memperhatikan perilaku yang beragam. Bila ingin melihat dan mengenal manusia lebih dalam dan lebih jauh diperlukan psikologi. Di zaman kemajuan teknologi seperti sekarang ini manusia mengalami konflik kejiwaan yang bermula dari sikap kejiwaan tertentu bermuara pula kepermasalahan kejiwaan (Semi, 1990:76).
Dalam novel Kembang Kertas (2007) karya Eni Martini ini berisi tentang pergulatan batin seorang wanita dalam mencari dan menemukan jati dirinya di tengah kehidupan kosmopolit. Novel yang sangat menawan untuk di perdalami, dan tampaknya diangkat dari sebuah kisah nyata, yang sepertinya sang penulis ingin berbagi cerita dengan kita semua tentang bagaimana seorang wanita harus memenangkan dirinya, mengikuti kata hatinya, bagaimanapun pahit stigma yang harus diterimanya. Atas nama kejujuran hati dan orisinalitas diri, dia harus memutuskan menjadi seorang lesbi.
Kartini adalah tokoh utama dalam novel ini, Ia merupakan sosok pribadi yang cantik, pintar dan menawan, bahkan di sekolah maupun di kampus ia terkenal dengan julukan Kembang, karena banyak lelaki yang jatuh hati padanya. Tetapi semua itu tidak dapat membuat Kartini tertarik, diam-diam dia memendam perasaan kepada sahabatnya Sinta, dan dia menyadari persaannya itu tidak wajar. Sampai dia harus kuliah di Boston Amerika, dan bertemu dengan Juliet.
Kartini segera meraih tangan gadis itu, di usapnya pipi Juliet, dan diciumi dengan mata terpejam. Dua puluh tahun dia memberangus perasaannya, sampai kemudian terbang ke Boston. Berkenalan dengan Juliet, gadis cantik berdarah Filipina-Amerika dengan sepasang mata biru cerah seperti buah kenari, dan postur tubuh jauh melampauinya. Yang ternyata memiliki kesamaan rasa. Hidup Kartini langsung berubah seratus delapan puluh derajat. Persaannya lepas bagai burung di alam bebas , sampai kemudian kuliahnya selesai, dia harus kembali ke tanah air berkumpul dengan keluarga, famili dan teman-temannya. Dia kembali seperti dulu. Jadi apa artinya perubahan sesaat itu, keindahan semu, tepatnya begitu.
“ Andai keluarga dan masyarakat di negaraku dapat menerima persaan kita, Juliet. Mungkin apa yang kita inginkan bersama akan terwujud. Kadang,aku menyesali juga. Mengapa mereka jijik untuk menerima kita. Tapi persaan ini memang tidak lazim.” Kartini terisak (hlm.16)
Perasaan yang sama-sama itu di rasakan oleh Kartini dan Juliet. Kartini masih memandang kehormatan dan adat istiadat yang ada di dalam lingkungan keluarganya sehingga dia tetap menjaga persaannya agar semua keluarga dan teman-temannya tidak mengetahui akan hal itu, sebab itu semua akan mencoreng nama baik keluarganya. Sampai Kartini harus menikah dengan Romi, lelaki pilihan orangtuanya. setelah menikah dengan Romi, Kartini selalu berusaha untuk memenuhi kewajiban seorang istri, meski pada akhirnya ia selalu di suruh Romi untuk datang ke psikiater, tetapi berulang kali Kartini menolak usulan tersebut. Tiba pada saat itu Kartini hamil, hal itu adalah anugrah terbesar bagi hidupnya.
Kartini kehilangan kata-kata, masih tak percaya oleh kenyataan yng diterima, dirinya hamil. Tuhan, benarkah semua itu? Air mata telah memenuhi mata Kartini, jatuh meleleh di pipinya. Dalam hidupnya baru kali ini Kartini mersa Tuhan demikian baik memberinya rasa sebagai perempuan yang sesungguhnya. Perasaan seorang perempuan hakiki. Dia seorang perempuan, lalu akankah setelah ini ia akan memiliki perasaan seorang perempuan yang normal? (hlm.79)
Setelah anak perempuannya lahir sekitar umur dua tahun, mereka sepakat untuk mencari babysister dan kemudian Kartini memutuskan untuk bekerja lagi di salah satu bank terkemuka di Jakarta. Di tempat kerja barunya ini ia bertemu dengan Nadia yang berkepribadian sama dengannya, sampai Nadia harus di kucilkan oleh teman-teman sekantornya karena dia mencintai rekan perempuannya sendiri yang bernama Fifi. Waktu itu di kantor sempat terjadi pertengkaran antara Nadia dan Fifi, sampai Kartini ikut angkat bicara.
“Siapapun orangnya tidak mau dilahirkan cacat. Apakah ini keinginan Nadia untuk terlahir sebagai lesbi? Kalau bisa dia memesan lebih dahulu, dia pun ingni dilahirkan menjadi wanita biasa seperti kamu, yang memiliki kedudukan mulia, dan bisa mencintai laki-laki…” (hlm.83)
Tidak hanya Fifi dan rekan kerja lainnya yang tertegun oleh kata-kata Kartini, Nadia sendiri pun hampir tidak percaya. Setelah kejadian tersebut hubungan Nadia dengan Kartini menjadi lebih dekat. Namun apa yang di khawatirkan oleh Kartini pun terjadi, Nadia jatuh hati padanya, rasa itu sangat berpengaruh pada batin Kartini yang berusaha untuk sembuh dari kelainannya tersebut. Akhirnya dia memutuskan untuk berhenti bekerja. Masalah seakan akan tidak berhenti dalam kehidupannya, Romi suaminya yang baik dan sabar menghadapi sikap Kartini pun tega selingkuh dengan sekretaris di kantornya. Dia menjadi jarang pulang ke rumah, jarang memperhatikan keluarganya lagi termasuk dengan putri semata wayangnya Diva. Konflik-konflik bermunculan disini, di dalam hatinya dia menghendaki kalau suaminya mencintai orang lain karena dia sendiri menyadari kalau dirinya tidak bisa seperti yang di harapkan oleh suaminya. Tetapi, disisi lain Diva butuh kasih sayang dan perhatian dari Romi. Suatu hari saat Kartini merasa resah dan gelisah, Nadia ada untuk menenangkan hatinya yang sedang kalut. Di sini Romi memergoki Kartini dengan Nadia yang sedang bercinta di kamarnya. Kartini tidak bisa mengelak lagi, rahasia yang sekian tahun lamanya terpendam rapat-rapat oleh Kartini akhirnya diketahui semua. Romi langsung mengajukan cerai seketika. Dan memberikan dua pilihan yang sama-sama berat buat Kartini yaitu dia harus menyerahkan Diva anaknya atau Romi berterus terang kepada keluarganya dan keluarga kartini, bahwa dia lesbi.
Suatu hal yang sama dilakukan Kartini adalah menelpon Juliet lagi untuk berbagi dan meminta nasihat, bahwa selama ini yang selalu mengerti dirinya adalah Juliet. Juliet menyarankan agar Kartini jujur saja.
“ Tiga puluh tahun lebih kau menutupi sebuah kenyataan, selama itu pula akau berkorban perasaan. Selama itu sangat menyakitkan, Kartini. Dan tidak ada penyelesaian jika ka uterus mempertahankan kebohongan itu, please jangan jangan menyembunyikannya, Kartini…” Juliet mengungkapakan uneg-unegnya selama ini.
“ Itu gila Juliet! Bagaimana mungkin kau memintaku untuk mengatakan pada keluargaku, bahwa aku… lesbi?” Kartini memekik, kehilangan akal atas ucapan Juliet barusan. (hlm.135)
Akhirnya Kartini memutuskan untuk jujur meski harus menerima kepahitan yang luar biasa sakitnya, dia di usir dan tidak di anggap anak oleh Ayahnya lagi. Kartini membawa Diva ke Boston untuk hidup bersama Juliet selamanya.
Dapat dilihat dari cerita novel Kembang Kertas bahwa pendekatan psikologi sastra ternyata memiliki beberapa manfaat dan keunggulan, seperti diungkapkan oleh Semi (1990:80), sebagai berikut (1) sangat sesuai untuk mengkaji secara mendalam aspek perwatakan, (2) dengan pendekatan ini dapat memberi umpan balik kepada penulis tentang masalah perwatakan yang dikembangkannya, dan (3) sangat membantu dalam menganalisis karya sastra Surrealis, Abstrak atau Absurd dan akhirnya dapat membantu pembaca memahami karya-karya semacam itu. Menurut Aminuddin (2004:55) dan Semi (1988:66) pendekatan psikologi sastra juga dapat dimanfaatkan untuk beberapa hal. Pertama, untuk memahami aspek kejiwaan pengaarang dalam dalam kaitannya dengan proses kreatif karya sastra yang dihadirkannya. Kedua, untuk mengeksplorasi segi-segi pemikiran dan kejiwaan tokoh-tokoh utama cerita, terutama menyangkut alam pikiran bawah sadar.
2.2 Unsur-unsur intrinsik
Tema adalah pokok pikiran yang mewakili cerita atau karangan yang kemudian di kembangkan. Di dalam novel ini bertemakan psikologi manusia.
Amanat adalah pesan yang ingin di sampaikan oleh sang pengarang kepada sang pembacanya. Di dalam novel Kembang Kertas ini sang pengarang ingin menyampaikan bahwa kita harus bisa menghargai dan memberi tempat kepada sesama. Karena setiap orang memang memilki garis kehidupan sendiri-sendiri, dan tidak semua di lahirkan dalam keadaan sebagaimana umumnya, seperti yang di alami oleh tokoh Kartini di dalam cerita novel tersebut yang memilki kelainan pada seksualitasnya( lesbi ). Kita tidak boleh menolak, jijik atau menganggapnya sampah, tapi kita harus memberi tempat, bahwa mereka juga manusia, sama seperti kita.
Alur ( plot ) adalah kronologis jalannya sebuah cerita, yang terdiri dari alur maju, alur mundur, dan alur campuran ( maju mundur ). Di dalam novel ini menggunakan alur campuaran. Dapat terlihat dari jalannya cerita yang berawal dari kepulangan Kartini dari Boston ke Indonesia, terus menceritakan pada masa-msa SMA dan di Kampusnya dulu, kemudian baru menceritakan masa-masa Kartini yang sekarang pada saat itu sampai dia menikah dan punya anak.
Tokoh adalah orang-orang yang berperan dalam sebuah cerita yang menggambarkan sosok tokoh-tokoh yang di ceritakan sehingga dapat di ketahui bagaimana karakter dan perwatakannya. Tokoh utama dalam novel ini adalah Kartini, yang memiliki baban psikis. Bahwa dia adalah seorang lesbi.
Latar / setting adalah tempat dan waktu dalam cerita tersebut.
BAB III
TATA BAHASA PUISI KAWANKU DAN AKU KARYA CHAIRIL ANWAR
KAWANKU DAN AKU
Kepada L.K Bohang
Kami jalan sama. Sudah larut
Menembus kabut.
Hujan mengucur badan.
Berkakuan kapal-kapal di pelabuhan.
Darahku mengental pekat. Aku tumpat-pedat.
Siapa berkata?
Kawanku hanya rangka saja
Karena dera mengelucak tenaga.
Dia tanya jam berapa!
Sudah larut sekai
Hingga hilang segala makna
Dan gerak tak punya arti
5 juni 1943 CHAIRIL ANWAR
Kerikil Tajam dan yang Terempas dan yang Putus, 1950
Dalam membaca sajak kita selalu menghadapi keadaan yang paradoksal. Pada satu pihak sebuah sajak atau lebih luas sebuah karya sastra atau karya seni pada umumnya, merupakan keseluruhan yang bulat, yang berdiri sendiri, yang otonom dan yang boleh dan harus kita pahami dan tafsirkan pada sendirinya. Sebuah dunia rekaan yang tugasnya hanya satu saja, patuh setia pada dirinya sendiri. Tetapi pada pihak lain tidak ada karya seni mana pun juga yang berfungsi dalam situasi kosong. Tetapi selain itu tata bahasa juga berpengaruh terhadap karya sastra, pada puisi misalnya. Pengarang membangkitkan beberapa kemungkinan yang terkandung dalam system bahasa yang bersangkutan.
Pada kalimat pertama : kami jalan sama. Terjadi penghancuran model tradisi, bahasa indonesia ( bahasa melayu ) yang buruk sekali. Kalimat singkat itu telah bertentangan dengan aturan tata bahasa indonesia yang pada waktu itu masih berlaku, dan juga menghancurkan konvensi bahasa yang indah. Menurut tata bahasa perlu dikatakan, misalnya, Kami berjalan bersama-sama. jelas disini sang penyair menciptakan karyanya dengan ,menggunakan bahasa baru yang tidak sesuai dengan tata bahasa pada masa itu. Didalam sajak ini tidak ada pelanggaran hukum bahasa indonesia lagi, kecuali pada larik terakhir, dengan kata punya yang pada waktu itu masih substandar, belum dianggap baku, bersifat melayu pasar yang pasti dalam konvensi belum dapat diterima.
Ada beberapa kehalusan dalam pemanfaatan aspek tata Bahasa Indonesia dalam sajak ini. Ada bentuk me-: menembus, mengucur, mengental dan mengelucak. Seperti diketahui secara umum bentuk me- biasanya menunjuukan aspek agentif dari kata kerja; pelakulah yang menjadi pusat perhatian. Banyak di antara kata kerja dengan me- bersifat transitif, dan kalaupun obyek tidak terdapat, secara potensial objek itu sering mungkin, ada tempat kosong untuk obyek. Bentuk me- yang pertama tidak ambigu : menembus kabut jelas maknanya dan susunannya, hanya yang menarik dalam kalimat ini tidak ada agen yang eksplisit : yang menembus kabut dapat kita ambil dari kalimat sebelumnya : kami- tetapi justru oleh karena subyek tidak disebut suasana umum ikut serta memainkan peranan subyek.
Sebuah larik tersebut tidak hanya berfungsi untuk membayangkan suasana muram, misalnya di pelabuhan tempat kawanku dan aku sedang berjalan. Kedua kapal yang sedang dimaksudkan disini secara metafora tidak lain hanya si-aku dan kawannya, larik ini pun membayangkan kekakuan maut, rigor mortis, yang selanjutnya diekspresikan dalam bagian sajak yang kemudian. Kapal-kapal yang sudah menjadi kaku satu sama lain, jadi yang tidak berlayar lagi, dan juga tidak berkomunikasi lagi, sudah hilang maknanya.
Larik yang berikut, yamg paling panjang dalam sajak ini, terdiri bangunan yang sejajar, yang pertama menunjukan kondisi darah si aku, yang kedua menunjukan kondisi si sku seluruhnya: yang pertama dapat disebut pars pro toto, bagian yang mewakili seluruhnya ataupun dapat dikatakan dalam hubungan sebab akibat. Yang menonjol disini ialah pemakaian kata mejemuk, yang sekali lagi merupakan pemanfaatan kemampuan Bahasa Indonesia di bidang morfologi secara kreatif. Kata majemuk ini seragam, kedua-duanya terdiri atas dua unsure yang searti atau hampir seperti, hal itu tidak jarang dalam Bahasa Indonesia, sudah konvesional, sedangkan produktivitas tipe majemuk ini tidak begitu besar. Sajak ini mengaktualisasi kemampuan ini dengan dua bangunan yang prisinil. Yang pertama menunjukan cirri khas lagi, sebab memanfaatkan kata turunan dengan awalan me- dari kata sifat.
Pada larik Dia bertanya jam berapa! Secara tata bahasa Siapa berkata dan Dia bertanya ekuvalen sepenuhnya : kedua-duanya terdiri atas kata ganti, di ikuti oleh kata kerja berbentuk intransitif dengan awala ber-. Dan tanda seru di belakang Dia bertanya jam berapa! Yang seharusnya memakai tanda tanya.
Dalam bait berikut kondisi si kawan di bayangkan, judul sajak ini yang tadi begitu sederhana dan polos ( kawanku dan aku ) didramatiskan oleh pemerincian kondisi kedua tokoh ini berturut-turut, secara berangsur-angsur : tadi si aku sekarang kawanku. Dari segi tata bahasa dalam bait ini perlu diberi perhatian pada kesejajaran antara bangunan sintaktik dera mengelucak tenaga dengan yang tadi kita baca hujan mengucur badan.
Bait terakhir menonjol karena tidak terlibat lagi kata yang polimorfematis, yakni yang terdiri lebih dari satu morfem, atau yang mengandung afiks ( kecuali sekali, tetapi sekali dalam Bahasa Indonesia barangkali sudah kehilangan cirri kata turunan oleh kebiasaannya). Ketiadaan kata-kata yang kompleks dari segi tata bahasa tidak kebetulan dan merupakan sebuah ciri minus, yang dalam bahasa puisi seringkali tak kurang efektifnya dari ciri-ciri khas yang lain. Pemakaian kata-kata dasar dalam bait ini, tanpa kata keturunan, menyarankan ketiadaan struktur lagi, kehilangan arti, kekakuan yang telah meresapi segala sesuatunya, sistem morfologi yang dapat dibandingkan dengan darah daging Bahasa Indonesia telah larut, seperti badan aku dan kawanku yang “dikucur” oleh hujan.
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penyelidikan karya sastra dalam kaitannya dengan masa lalu dan proses pembentukan psikis manusia, sebenarnya bukan wilayah ilmu sastra dalam pengertian yang khusus. Penyelidikan tersebut termasuk ke dalam wilayah psikologi. Demikian juga masalah yang menyangkut pengaruh karya sastra kepada pembaca dapat dimasukkan ke dalam psikologi jika pusat perhatiannya menyangkut reaksi psikis pembaca. Dan konflik batin juga dapat mempengaruhi kondisi psikologi. Serta tata bahasa dalam puisi juga berperan untuk mengetahui isi, kekurangan dan kelebihan puisi tersebut, serta dapat mempelajari sistem bahasa yang terkandung didalamnya.
DAFTAR PUSTAKA
Oemarjati, Boen S, Saksono Prijanto dan B. Trisman. 2000. Telaah Struktur Estetika dan Tema. Jakarta : Pusat Bahasa
Noor, Redyanto. 2009. Pengantar Pengkajian Sastra, ed. 3. Semarang : Fasindo
Teew, A. 1980. Tergantung Pada Kata. Jakarta : PT Dunia Pustaka Jaya
tanggal 27 Desember 2009 )
( diakses pada tanggal 27 Desember 2009 )
Langganan:
Postingan (Atom)